“Satu peluru dapat menembus satu kepala, satu tulisan dapat menembus jutaan kepala”, kata orang bijak. Nampaknya kata-kata itu menjadi penyemangat bagi Yunaz, salah satu peserta Rumah Kepemimpinan Surabaya yang saat ini tengah menjalani studi di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.
Yunaz Ali Akbar Karaman, yang akrab disapa Yunaz, adalah seorang aktivis yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas menulis. Ia yang masih mengemban amanah sebagai Ketua Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana) Unair, juga baru saja menerima amanah baru sebagai Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FIB Unair 2018. Tak hanya itu, ia juga aktif dakam komunitas Subcyclist Surabaya (komunitas sepeda). “buat olahraga sekaligus “nganu” Perpustakaan Prasojoku, mas”, ungkap Yunaz. FYI (for your information) gaes, Yunaz adalah pecinta sepeda ontel, yang kini memanfaatkan sepeda sebagai sarana menngerakkan literasi, melalui perpustakaan sepeda yang ia namai “Prasojo”. Hobinya menulis, ditunjang dengan semangat menyebarkan semangat membaca.
Soal hobinya menulis, Yunaz menyampaikan bahwa kebiasaan itu ia mulai ketika kelas XII (SMA). Berdasarkan penuturannya, saat itu ia menjadi Tim penulis buku untuk komunitas pecinta alam sma, lalu lanjut ketika masuk kuliah. Bahkan ia merasa ketagihan untuk terus menulis. Ia pun merasa tak pernah kehilangan ide untuk menulis. Setiap kali membaca, ia merasa mendapatkan inspirasi-inspirasi baru untuk menulis.
“Kalau motivasi aku sering baca buku yg isinya cerita kehidupan orang, nah disana aku liat value bahwa setiap orang bisa menuliskan Kisah hidupnya untuk dibaca orang lain, sejak saat itu aku mulai nulis dan aku coba share ke khayalak buat gimana respon pembaca. Selain itu Menulis ini juga pekerjaan untuk keabadian. Banyak tokoh besar yang kini dikenang karena ide yang ia tuliskan dalam bukunya”, ungkapnya.
Ia pun menyampaikan bahwa diantara motiasi besarnya adalah Keluarga. Ia menyampaikan bahwa ketika ia dapat menerbitkan buku atau tulisan yang dimuat, yang pertama ia kabari adalah Keluarga, terutama Ibu dan Kakak. “Melihat mereka semua senang, bahagia karena tulisan atau karya saya itu sebuah kebanggaan tersendiri buat aku yang nggk bisa aku beli dimanapun dan tidak ternilai harganya”, jelasnya.</p>Sampai saat ini, ada 5 buku yang telah Yunaz tuliskan, yang mana 1 diantaranya adalah karyanya sendiri. Berikut adalah daftar buku yang ditulis oleh Yunaz:
- Cerita Rakyat dan Budaya Tradisi Nusantara (Bebuku Publisher: 2017)/ mandiri
- Berbagi Cahaya (Ellunar: 2017)/ kolektif
- Disastra (Bebuku Publisher: 2017)/ kolektif
- Janji Seekor Tikus dan Semut (FAM PUBLISHING: 2017) / kolektif
- Narasi Kepemimpinan Pemuda (Saga: 2017) / kolektif
Satu buku masih dalam proses, yang ia kerjakan bersama anggota mahagana Unair yaitu kumpulan dongeng dengan edukasi bencana.
Fokus tulisan Yunaz saat ini masih kepada anak-anak. Ia masih sering Menulis cerita anak (dongeng, fabel) dan juga buat ilustrasi dri cerita itu. Jika kita berfikir menulis cerita anak itu mudah, mungkin kita perlu mencoba dahulu. Menurut Yunaz, menulis cerita anak itu tidak semudah bayangan kita. “Meskipun kelihatan gampang tinggal ngarang dll, tapi dibutuhkan imajinasi yang tinggi dan juga harus bisa membahasakan apa yg ingin Kita sampaikan dgn bahasa yang mudah diterima anak”, kata Yunaz. Yunaz juga mengerjakan proyek buku bersama salah satu dosen di universitas Airlangga dengan tema cerita anak.
Ini pengingat untuk kita, yang bisa jadi penghambat kita berkarya. Menurut Yunaz, musuh terbesar dalam Menulis adalah diri sendiri dan gawai (gadget). “Malas itu yg utama. Lawannya adalah dirikita sendiri, jadi harus pinter-pinter mengelola kondisi hati dan pikiran”, tambahnya.
Kedepan, Yunaz akan tetap menulis, insyaaAllah. Buku anak tetap menjadi pilihannya (dongeng, fabel, legenda dll). Iapun berharap karyanya dapat tersebar, dan dibaca anak-anak di pelosok Negeri. Selain mengenalkan Budaya bangsa, ia juga ingin mengajak anak-anak Indonesia gemar membaca. Dengan perpustakaan kelilingnya, ia mau keliling yg lebih jauh entah kemanapun. Yang jelas, ia ingin mengajak Masyarakat untuk Membaca dimanapun mereka berada. “Sama ngajak Ibu dan Kakak berlibur jauh mas hehe”, imbuhnya.
“Lebih baik kehilanggan masa muda, dari pada masa depan”, Kata Yunaz Ali Akbar Karaman, memberikan pesan bagi para pemuda.
Tak lupa, ia menitipkan pesan kepada kita, para pemuda, untuk terus berkarya, apapun karya itu dan siapapun kita. “Jika niat telah tulus untuk berbuat kebaikan, pasti lelah kita adalah Lillah. Tapi ingat siapa kita, tak ada yg Kita miliki di dunia ini. Tak pantas Kita sombong dan berlagak punya segala. Urip Kang Prasojo lan migunani liyan, hidup sederhana dan bermanfaat bagi orang lain”, pungkasnya.
Visi yang tak biasa saya dapati darinya, semoga setiap harapnya menjadi kenyataan yang dapat menjadi amal baginya. Kita doakan agar tercapai dan terus melahirkan karya-karya besar. Serta amanah barunya dapat berjalan dengan semestinya, dengan perubahan positif yang ia torehkan. (AB)