Hari – Adhi : Banyak Hal Kecil yang Berdampak Besar, Jangan Lupakan Itu!

Hari dan Adhi, dua orang peserta Rumah Kepemimpinan angkatan 9 yang saat ini berkuliha di IPB baru saja meraih juara dua dalam gelaran Kompetisi Muatan Roket Indonesia dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer di Lapan Garut.

Selain pulang dengan prestasi,Hari dan Adhi juga pulang membawa pelajaran berharga. Pengalaman kali ini telah mendewasakan mereka berdua sebagai engineer muda yang tergabung dalam sebuah tim kerja. Terutama pendewasaan tentang pentingnya kerja cerdas dan disiplin dalam tim, yakni bagaimana sebuah tim itu seharusnya mampu bekerja efektif. Termasuk di dalamnya memperhatikan sebuah hal detail, kecil namun mampu berpengaruh pada cara kerja dan hasil dari usaha yang sudah dilakukan. First Champion seharusnya diperoleh tim kontingan URO ITB mereka, tetapi hal itu sirna begitu saja hanya karena ada kekurangan dalam memperhatikan hal – hal detail.


Pembelajaran tersebut adalah hal yang sama berharganya dengan titel juara bagi Adhi Permana dan Hari Sidik Pramono. Saat ini mereka berdua bersama 300 orang lainnya terus berusaha menempa diri di Rumah Kepemimpinan untuk terus belajar mulai dari hal yang kecil yang di kemudian hari akan berdampak besar.

Pesan Febri dari Eropa, “Peradaban Itu Dimulai Dari Adab Manusianya”

Febry Ambama, Peserta Rumah Kepemimpinan angkatan 9 yang kini berkuliah di Departemen Matematika Institut Pertanian Bogor, beberapa waktu lalu memperoleh kesempatan untuk melaksanakan Study Visit ke Eropa, Tepatnya Jerman, Prancis, dan Ceko.

Febry baru pertama kali ke Luar Negeri. Dia mengatakan bahwa bahkan dari sebelum berangkat, jiwanya sudah terasa seperti di sana. Awalnya Febri merasa takut dan khawatir, bukan karena keberangkatan ini adalah pengalaman pertamanya akan tetapi dia takut tidak amanah dalam belajar dan malah mencuri kesempatan untuk jalan-jalan. Tapi Febry meneguhkan dan meluruskan niatnya serta yakin aka nada pelajaran besar yang bisa dia ambil.

Disiplinnya NAMPAR. Itulah yang pertama dirasakannya ketika sampai di Jerman. Dalam study visit selama dua pecan di Eropa, Febry menyadari sebuah pelajaran besar bahwa sebuah peradaban besar dimulai dengan adab dari manusianya. Hal itu sangat sesuai dengan apa yang seringkali dia dapatkan dalam pembinaan di Rumah Kepemimpinan. Febry kini meyakini butuh proses panjang untuk memperbaiki sebuah peradaban dan langkah awal dari memulainya adalah dengan pendidikan. Hal itu dilihatnya dari bagaimana Eropa sangat menghargai yang namanya Pendidikan.

Febry kini bersama 300-an orang lainnya di Rumah Kepemimpinan sedang berupaya belajar membentuk adab diri yang kemudian akan menjlar menjadi sebuah peradaban Indonesia yang lebih baik

Buat Salwa None Buku Bukan Sekedar Status, Tapi Penempaan

Salwa Azzahra, Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional UI angkatan 2017 yang juga merupakan peserta Rumah Kepemimpinan angkatan 9, Abang None Buku Jakarta Selatan bukanlah status semata, melainkan proses penempaan yang luar biasa.

Abang None Buku merupakan suatu social pageant yang menekankan kontestannya pada 3B (behavior, brain, beauty). Berbeda dengan Abang None Pariwisata yang berfokus akan terbentuknya iklim pariwisata serta investasi di Jakarta. Pada Abang None Buku ini output peserta yang dihasilkan menjadi representasi bagi anak muda terutama di Jakarta yang aktif melakukan kegiatan literasi dengan statusnya sebagai Duta Literasi Masyarakat Jakarta.

Berangkat dari kecintaan Salwa terhadap kegiatan literasi, yang hakikatnya merupakan tonggak peradaban suatu bangsa, menghantarkan hati mulianya untuk meluruskan niat mendaftar pada ajang pemilihan Abnonku ini. Selain kecintaannya terhadap literasi, motivasi yang mengukuhkan niat Salwa untuk mendaftarkan diri pada pemilihan tersebut ialah dia ingin mempelajari kebudayaan Betawi serta melestarikan kebudayaan tersebut.
Kedua motivasi itulah yang membuat Salwa bertahan pada proses penyeleksian yang ketat sampai menghantarkannya dari 300 lebih peserta ke tahap finalis 10 pasang atau 20 finalis Abang None Buku Jakarta Selatan 2019.

Tentunya hal itu tidak terlepas dari perjuangan Salwa dalam melewati berbagai prosesnya. Mulai dari pendaftaran, proses seleksi berbagai tahap, serta penampilan unjuk bakat Salwa berikan yang terbaik semampunya. Dia percaya bahwa perjuangan yang tulus akan menghantarkan pada hasil yang terbaik menurut versi-Nya.

Tempaan yang dilalui semenjak masa menjadi finalis hingga masa karantina menjelang grand final sangatlah berat dan penuh tantangan. Tiga senjaga yang membuat Salwa bertahan adalah Niat, Usaha, dan Do’a.
Bagi Salwa, amanah sebagai Wakil II None Buku Jakarta Selatan ini merupakan awal terbukanya kembali pintu untuk mengisi ruang kebermanfaatan bagi sekitar dan sebagai bagian dalam menyebarkan kebaikan lebih luas lagi.