Ainna Fisabila
Hari kelima
Hari yang ditunggu tiba. Kami telah merencanakan untuk melakukan pemicuan
semenjak bulan agustus 2016 lalu. Hal ini harus tertunda karena kesiapan tim emcekaqu dan tim sanitarian kecamatan yang belum matang. Pemicuan ini bertujuan meningkatkan awareness masyarakat melalui simulasi agar sadar bahwa lingkungan mereka sangat kotor dan jorok. Kami sangat excited namun juga sangat gugup karena momentum ini sangat krusial, apakah masyarakat terpicu atau tidak terpicu. Pemicuan ini dilakukan di rumah Pak Carik setelah sholat jumat. Sebelumnya sempat terjadi salah paham diantara warga. Kami bilang bahwa ada sosialisasi kesehatan, saat majlis ta’lim pagi harinya dan juga setelah sholat jumat, tetapi warga menangkap akan ada pengobatan gratis. Maka awalnya, saya sudah bahagia melihat cukup banyak masyarakat berkumpul di depan rumah kepala kampong akhirnya sedikit-sedikit bubar karena kecewa. Saya
jadi ikutan kecewa, kok malah pulang, pak, bu? Namun walaupun sepi pemicuan ini tetap harus dilakukan karena sudah ada masyarakat yang berkumpul.
Maka saya selaku ketua Tim Emcekaqu memulai acara tersebut dengan Bahasa sunda yang patah-patah. Saya memang etnis sunda 100% namun sunda banten dan sunda jawa barat cukup berbeda karena penggunaan Bahasa sunda halus dan kasar. Saya menjelaskan mengenai program ini secara singkat setelah itu memutarkan video mengenai STBM itu sendiri. Masyarakat yang jarang melihat infocus terlihat cukup antusias, namun cepat kehilangan focus karena tidak terlalu mengerti Bahasa Indonesia. Saat tim sanitarian sudah datang, dimulailah simulasi tersebut. Namun, kembali lagi kami harus kecewa karena ternyata simulasi hanya diadakan di dalam ruangan dan lebih banyak penjelasan bukan praktik. Padahal, seharusnya simulasi lebih banyak praktik yang melibatkan
masyarakat sehingga mereka merasa terpicu. Kami sudah putus asa mengenai pemicuan yang menurut kami kurang ngena itu, namun ternyata ada orang yang buka suara. Beliau mencoba menanggapi mengenai pemicuan tersebut. Saya yang hanya mengerti percakapan sekitar 50% karena total dikatakan dengan Bahasa sunda banten. Walau begitu saya mengerjap-ngerjap bahagia, ternyata beliau memberikan respon positif! Senang bukan main! Akhirnya ada yang terpicu, alhamdulillah. Semoga ini merupakan awalan yang baik. Setelah pemicuan kami melakukan tradisi masyarakat Pandeglang setelah melakukan pertemuan warga, yaitu babacakan. Babacakan merupakan makan bersama seperti ngaliwet kalo bagi orang sunda. Setelah itu kami pulang ke rumah dan melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Kami berkesimpulan sama, kami kecewa terhadap tim sanitarian! Semoga ini menjadi bahan eveluasi kami agar mengundang tim yang lebih professional agar target kami tercapai.
Hari Keenam
Seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya, hari ini kami akan mulai memproduksi
contoh rengginang dan camilan tradisional lainnya bersama ibu-ibu kader posyandu. Kami mulai memasak beras ketan semenjak jam 6 pagi. Pertama kami membuat rangginang di rumah salah satu ibu kader posyandu, lalu setelahnya kami pindah ke rumah ibu bidan. Kami membuat rangginang sebanyak 8 rasa dan juga keripik pisang 4 rasa. Produk ini tidak kami produksi massal langsung karena akan kami evaluasi rasa, teknik pembuatan serta kemasannya. Ada sekitar 6 orang ibu-ibu yang terlibat dalam keiatan hari ini. Mereka sangat senang ketika tahu bahwa hasil karya mereka akan dipasarkan di Jakarta. Padahal kami yang ketar-ketir, ini beneran ada yang mau beli gak ya? Bismillah aja, niat baik insya allah dimudahkan.
Kami memberikan pengarahan kepada ibu-ibu mengenai ukuran produk, takaran bumbu dan lain sebagainya. Mereka terlihat antusias, cukup terkaget-kaget dengan ide kami dengan membuat keripik pisang diberikan bumbu bermacam-macam. Pisangnya berasal dari salah satu ibu-ibu sebanyak 3 sisir. Jadinya cukup banyak juga.
Saat bekerja bersama ibu-ibu saya merasakan betul mengenai pengalaman saling belajar. Bagaimana kami baru tahu tentang membuat keripik pisang, ibu-ibu juga baru tahu bahwa keripik pisang bisa ditambahkan berbagi macam rasa untuk membuat lebih enak atau bahkan menjadi nilai tambah untuk dijual. Selain memberikan resep, kami juga memberikan contoh package yang akan dipakai untuk produk trsebut. Walau masih ada beberapa revisi, namun membawa dummy-nya saja sudah membuat mereka yakin kepada kami.