Kabar baik kembali menyapa Rumah Kepemimpinan Surabaya. Dua hari yang lalu, salah seorang peserta Rumah Kepemimpinan Surabaya meraih gelar Juara dalam ajang kompetisi Internasional. Ialah Zaid Sulaiman (Iman-nama sapaan), Mahasiswa Teknik Material ITS ini bersama 4 orang rekannya, yang tergabung dalam Tim Anvill, menjadi yang terbaik dalam ajang Chula International Innovation Challenge for Community, yang diselenggarakan oleh Faculty of Engineering, Chulalongkorn University.
Lomba ini intinya adalah kompetisi membuat alat untuk mengurangi masalah di daerah Saraburi, Thailand, yang sekaligus menjadi tempat penyelenggaraan lomba ini. Masalah yang jadi tantangan adalah membuat alat pemotong kayu yang ringan. “Kayunya di cutting dan splitter tanpa energi”, kata Iman. Iman dan tim memberi nama karya mereka “Mokuton”, yang berarti kayu.
Tim Anvill dengan “Mokuton” hasil karya mereka
Tim Anvill mampu mengalahkan 10 tim lain yang berasal dari Taiwan dan Indonesia, yang masuk dalam tahap final di Thailand. 10 tim ini merupakan tim dengan karya terpilih dari 55 pendaftar. 10 tim ini diberikan waktu sekitar 3 hari untuk merealisasikan ide mereka. Setelah itu, mereka mendemonstrasikan alat itu dihadapan juri, yang sebagian berasal dari kalangan masyarakat Saraburi.
Iman sendiri mengaku tidak menyangka bisa menang, “karena awalnya mikirnya alatnya jadi dan bisa kerja aja udah seneng. Eeh di kasih bonus menang sama Allah. Alhamdulillah”, ungkapnya. Niat mereka awalnya alat yang mereka buat dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat, ada nilai inovasi dan tentunya keamanan (safety).
Iman mengaku bahwa lomba ini menjadi sumber pengalaman yang berarti. Meskipun terkadang lomba tidak memberikan dampak yang besar dibandingkan organisasi, namun menurutnya baik lomba maupun organisasi itu penting. “Dan saya kira dalam lomba pun ada satu yang penting, yaitu kita harus mau menerima apapun hasilnya dan harus mau belajar dari lawan, Karena setiap orang pasti ada kelebihannya”, tambahnya. Ia pun menambahkan bahwa ketika lomba, sebaiknya tidak berharap untuk juara. “Tapi berharaplah dan yakinlah agar ide kita merupakan ide terbaik di antar semua lawan. Jangan sombong tentunya, dan satu lagi kita cuma boleh berharap sama Allah ga boleh ke siapapun dan apapun”, tegas Iman. Yang menarik juga ialah, 4 dari 5 anggota tim itu baru pertama kali keluar negeri, tentu menjadi pengalaman tersendiri. Terlebih dukungan keluarga yang luar biasa.
Pengalaman Iman selain menjadi juara adalah merasakan toleransi yang baik. Disana ia dapat bertukar wawasan tentang budaya satu sama lain secara langsung. Apalagi di thailand, mayoritas tidak bisa bahasa inggris. Sehingga menurut Iman di butuhkan kesabaran dalam berkomunikasi. “Satu lagi, tapi ini banyak yang sering ngomongin si, di sini terasa juga hadistnya, kalau ga salah umar yang ngomong deh bahwa waktu adalah pedang. Yaa di sini mulai dan selesainya sangat tepat waktu”, tutup Iman.
Kedepan, Iman sendiri ingin belajar desain lebih lanjut. Ia juga berharap dapat Kerja Praktek dalam bidang manufaktur, supaya dapat belajar banyak tentang manufaktur.
Semoga terus berkarya dan berinovasi, Iman! (AB)