Trio Sultan USU Raih Juara Pertama Business Plan Agribisnis in Acton 2018 UNAND, Padang

Ada banyak cara  agar prestasi dan kontribusi dapat seimbang dan sejalan. Merangkap keduanya dalam dekapan seirama akan menghadirkan perpaduan yang sungguh mengajarkan tentang sebenar benar makna kolaborasi. Statement prestasi adalah bagian dari kontribusi dan sebaliknya pula kontribusi dijadikan bagian dari prestasi begitu indah menemani perjalan perjuangan trio kece Sultan USU ini. Statement ini pula yang pantas dan dipercaya oleh trio sultan ini dalam mengikuti perlombaan Business Plan in Action 2018 Universitas Andalas pekan lalu.

Berbekal disiplin ilmu yang berbeda beda dan pengalaman yang bermacam rupa. Trio sultan ini mencoba mencari titik temu yang padu . Akhirnya melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan tepat pada hari Rabu ,07 Maret 2018 trio sultan usu ini dinobatkan sebagai juara utama dalam ajang bergengsi Uniersitas Andalas, Business Plan Agribisnis in Action 2018.

Dalam ajang kompetisi business plan itu,trio sultan ini membawa produk kebanggan sultan usu yakni Lek Lumut’ Boneka Lucu dan imut dari ampas tebu’. Lek lumut sudah beberapa kali mewakili sultan usu dalam berbagai bidang perlombaan. Uniknya sultan usu terus melakukan inovasi sehingga lek lumut tetap eksis dan mampu bersaing .

Trio Sultan ini juga sudah menjuarai berbagai macam perlombaan secara indiidu. Hingga akhirnya keputusan untuk berkolaborasi tercetus dan menghasilkan perpaduan sempurna dari disiplin ilmu yang jauh berbeda yakni, Indra Doli mahasiswa pertanian, M.Iqbal Harefa  mahasiswa ekonomi dan bisnis serta Armaya Fitra mahasiswa Ilmu budaya.

Tentu saja dalam proses mendapatkan hasil yang maksimal tidak lah instan.  Apalagi ketika memutuskan untuk berkolaborasi .Trio sultan percaya bahwa setiap perjalanan menemukan makna kolaborasi tidak membutuhkan dan tidak menuntut agar memiliki kapasitas  dan soft skill yang sama. Perjalanan ini mengajarkan juga makna totalitas dalam bidang keahlian yang sesungguhnya. ‘Hal yang paling penting dalam konsep kolaborasi adalah saling memahami keahlian rekan seperjuangan’ ,itulah pesan yang disampaikan oleh salah satu personel trio sultan usu.

Iqbal,Armaya dan Doli adalah tiga mahasiswa usu yang di bina dalam beasiswa aktif berprestasi rumah kepemimpinan Medan. Dalam konsepsi pembinaan peserta di bekali agar mampu berkerja sama dan sama sama berkerja dalam mencapai tujuan. Eksekutif regional juga berusaha  menegaskan dan menanamkan dalam benak setiap peserta bahwa kekuatan terbesar kita adalah kerja sama dan amal jama’I .

 

Dio Mukti Kuncoro : Empat Bulan di Korea Bakal Jauh dari Keluarga dan Asrama

Bumi ini telah dijadikan oleh Allah sebagai tempat yang luas untuk mengambil hikmah dari padanya. Kita pun diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi ini, dan Allah jadikan bumi ini sebagai ladang amal untuk persiapan hidup yang lebih kekal kelak.

Kali ini, cerita inspirasi dari Dio Mukti Kuncoro, peserta RK Surabay a yang tercatat sebagai Mahasiswa Teknik Transportasi Laut FTK ITS. Selama empat bulan, 27 Februari 2018 s.d 22 Juni 2018, Dio mengikuti  Chung Ang University Student Exchange Program for Spring Semester 2018. Program yang diselenggarakan oleh Chung Ang University dengan tujuan untuk saling bertukar pengalaman, baik itu studi pendidikan maupun kebudayaan.

Namun, untuk sampai pada kesempatan ini, Dio menceritakan bahwa panjang jalannya. Mulai dari kelengkapan berkas yang meliputi transkrip (diutamakan ipk >3.5), Sertif Bhs. Inggris (min. Skor 500), surat rekomendasi dari Profesor/dosen, CV, learning agreement, surat izin ortu, paspor, dan beberapa dokumen pendukung lainnya. Kemudian ada interview internal ole IO ITS yang megharuskan para calon peserta berbicara dengan bahasa inggris. Dari situlah penilaian internal pihak International Office (IO) ITS. Alhamdulillah, Dio lolos seleksi internal. “Tetapi hal tersebut tidak serta merta lolos untuk ikut program. Dan karena saya juga di tahun terakhir, pihak IO memberikan 1 syarat lagi untuk saya, yaitu harus membuat overview Final Project saya dalam bahasa Inggris. Dari seleksi tersebut kita baru dinominasikan oleh pihak ITS ke Chung Ang University utk ikut program”, jelas Dio. Akhirnya, pihak Chung Ang menentukan 300an pendaftar dari 35an negara, seluruh dunia. Dio adalah salah satunya, dari 6 peserta asal indonesia.

Diantara motivasi Dio sampai mengikuti program ini adalah pesan nabi untuk menuntut ilmu sampai negeri China, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya dan sejauh-jauhnya. “sesuai dengan jurusan saya Teknik Transportasi Laut, yang selalu berbicara tentang “transportasi”, “laut”, dan “logistik”, yang notabene itu tidak terbatas pada Indonesia, tp juga seluruh dunia, maka saya ingin menimba ilmu lebih banyak lagi terkait bidang saya tersebut dan dengan mendapatkan perspektif yang berbeda. Dan sebelumnya saya juga cari informasi, bahwa Korea merupakan salah satu negara dengan sistem logistik dan transportasi laut yang bagus. Dia juga punya salah satu pelabuhan terbesar dan tercanggih di dunia, yaitu Busan Port”, ungkap Dio. Selain itu, menurut Dio ia dapat banyak belajar kepada Korea yang mengalami perkembangan lebih baik dibandingkan dengan Indonesia, padahal hari kemerdekaan kedua negara yang tak jauh berbeda. Tentunya, belajar mengenal budaya budaya di Korea. Dan yang tidak kalah penting bagi Dio, semakin belajar tentang pentingnya waktu, sistematis dan juga ketelitian.

Ketika mendapatkan informasi bahwa dirinya diterima dalam program tersebut, Dio merasakan perasaan yang campur aduk. Senang, sedih, dan khawatir katanya. Senang karena bisa diterima  dan berkesempatan mengunjungi negara yang belum pernah ia kunjungi. Sedih, karena ia  harus meninggalkan keluarga (khususnya orang tua), saudara dan sahabat (khususnya yang di asrama), untuk waktu yang tidak sebenta, yaitu 4 bulan. Sedih karena ia juga tak dapat mengikuti National Leadership Camp (NLC) serta wisuda Rumah Kepemimpinan. Pun, ia khawatir karena ia berangkat ke Korea dengan half-scholarship, artinya sebagian biaya harus ia tanggung sendiri. Untungnya, ia dapat beberapa sponsor yang mendukungnya dalam program tersebut. “Alhamdulillah Allah Maha Pemberi Rezeki, di detik-detik terakhir akhirnya ada beberapa instansi/perusahaan yg ngasib saya sponsor. Jadinya bersyukur banget insyaAllah biaya-biaya bakalan tercover dg itu”, ungkapnya dengan penuh syukur.

Beberapa waktu ini memang baru sedikit tempat yang ia kunjungi di Seoul seperti Myeongdong, Namdaemun, Itaewon (Seoul Mosque Centre).  Bagi Dio, banyak banget pelajaran yang didapat, terutama tentang keberagaman. Arti kata “toleransi” benar-benar terasa disana. Ia juga merasakan sebagai kaum minoritas, baik dari segi agama maupun kebangsaan. “Belajar juga caranya survive/bertahan hidup di negara orang yang memiliki culture dan iklim berbeda dg perencanaan sebaik-baiknya”, jelasnya. Culture and Climate shock juga sempat ia alami, termasuk sulitnya mencari makanan halal. Makanya, ia pun mengingatkan agar kita benar-benar mempersiapkan dan merencanakan dengan baik dan menyeluruh ketika mau berangkat abroad. Persiapan winter-coat hingga persiapan sekecil buku maupun pulpen pun itu penting juga.

Tak lupa, dio berpesan untuk rekan rekan yang lain. “Teruslah bermimpi. Jangan takut bermimpi setinggi-tingginya. Karena mimpi itu yang membuat kita hidup. Tidak ada mimpi / target yang terlalu tinggi, yang ada hanya usaha kita yang kurang. Dan teruslah berbagi bahkan dari setiap hal kecil yang kita miliki. Dare to Dream, Care to Share! Innallaha ma’ana!”, pungkasnya.

Wah, lama waktu yang akan dilalui tanpa keluarga dan rekan rekan seperjuangan di asrama. Semoga sepulang dari Korea, membawa perubahan diri dan terus berbagi, menginspirasi.

Semangat, Dio!

Abdullah Aljabir, Ketua Teknokrat Muda ITS : Menjadi Orang yang Antimainstream

Ragam model aktivitas mahasiswa dapat dilihat sampai saat ini. Sebagian memilih beraktivitas dalam ranah yang murni selaras dengan bidang belajarnya. Sebagian ada yang sesuaikan aktivitas diluar kelas dengan hobi yang ia tekuni. Sebagian memilih memasuki ruang-ruang kontribusi baik didalam dan luar kampus, untuk mewarnai, menggerakkan nalar kritis mahasiswa melalui ragam organisasinya. Sebagian juga ada yang memilih belajar dan menyebarkan nilai kebaikan berbasis keyakinan atau agama. Pilihan-pilihan yang mengarah pada semakin luasnya ranah kontribusi yang bisa dipilih oleh mahasiswa, meskipun masih ada saja yang memilih acuh dan fokus untuk dirinya.

Kali ini, kita akan menyimak profil salah satu mahasiswa penggerak di Surabaya, khususnya di kampus perjuangan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Namanya Abdullah Aljabir, ia akrab disapa Aljabir / jabir. Mahasiswa bertubuh jangkung ini tercatat sebagai mahasiswa aktif departemen Teknik Material FTI ITS, masuk di tahun 2014 yang lalu. Ia adalah putra Betawi, anak kedua dari 4 bersaudara.

Aljabir bisa dikatakan salah satu contoh mahasiswa yang memiliki catatan lengkap dalam ranah pergerakan mahasiswa di kampus. Capaiannya tak hanya fokus dalam organisasi eksekutif mahasiswa, namun juga di beberapa ranah yang lain. Pernah menjadi Steering Commitee dalam event besar Lembaga Dakwah Kampus (Ramadhan di Kampus), aktif di BEM ITS, aktif di komunitas Teknokrat Muda ITS hingga kini menjadi Ketua komunitas tersebut. Tak hanya dalam bidang organisasi, ia pun mengasah kemampuannya dalam dunia kompetisi. Pernah masuk 5 besar Lomba debat di Universitas Sriwijaya tahun 2016, ia kemudian ikut serta dalam lomba debat nasional di Unair dan meraih juara 3. Padahal lomba itu dalam bidang politik. Tak hanya itu, ia juga tak ingin visi nya terhenti. Ingin menjadi seorang pengusaha, ia sudah memulainya sedari mahasiswa. Ragam usaha telah ia jalani, kini ia menjalankan 2 bisnis utama, Latte Catering dan pisang krispi sebagai CEO. Kini ia juga disibukkan dengan penyelesaian Tugas Akhir dan bantu bantu Pemira (pemilihan raya) di Kampus ITS

Wah, sudah panjang pengantarnya. Padahal kita akan membicarakan salah satu saja aktivitas Aljabir saat ini, yaitu sebagai ketua Teknokrat Muda ITS. Komunitas yang ingin ikut membantu akselerasi terwujudnya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. TMI memiliki visi, Menjadi Inkubator Pemuda Indonesia Yang Berlandaskan Nilai Kecendekiawanan & Kenegarawanan. Menurut Aljabir, TMI itu unik. “Selain bentuknya yang serba fleksibel, TMI satu satunya komunitas yang paling eksis untuk jadi pencetak Teknokrat Teknokrat yang ada di Indonesia, dengan berbagai nilai, kebermanfaatn dan prestasi nya yang mampu menginspirasi banyak orang”, ungkapnya.

Berdasarkan penuturan dari Aljabir, aktivitas TMI dalam garis besarnya ada dua hal, yaitu Technocrat Political School, wadah untuk belajar bersama anggota TMI untuk menambah ilmu sebelum beramal,  dan Indonesia Technocrat Club, Wadah proses pembuatan konsepsi Indonesia yang lebih baik, dimulai dari belajar penuangan gagasan hingga perangkaiannya menjadi sebuah Konsepsi yang akan menjadi fokusan arah gerak bangsa kedepan.  “Selain itu juga biasanya kami melakukan Aktivitas kepedulian seperti bagi bagi nasi bungkus, galang donasi untuk membantu orang lain, orasi, dan ajakan ajakan kebaikan lainnya”, imbuhnya.

Ketika membahas soal amanahnya kini sebagai ketua, Aljabir menyampaikan bahwa dirinya adalah orang yang yakin bahwa Amanah tidak akan salah memilih tuannya. Ia-pun yakin bahwa yang memberi amanah juga telah menimbang dengan baik dari berbagai macam aspek dan syarat siapa yang akan menjadi pemegang tongkat estafet Amanah selanjutnya. “Menerima amanah ini juga menjadi bentuk langkah saya yang mau menjadi mahasiswa Anti mainstream diantara ribuan mahasiswa lainnya”, tegas Aljabir.

Ia juga meyampaikan bahwa amanah menjadi ketua TMI hanya satu yaitu menanamkan gagasan dengan bentukan yang lebih jelas dengan dibuatnya Platform (bentuk) TMI yang baru,  yang tadinya Teknokrat Muda ITS jadi Teknokrat Muda Indonesia. “Walaupun sembari itu juga melakukan bentuk kontribusi lain seperti membantu mengekskalasi,  akselereasi dan aktualisasi anggota-anggota TMI maupun mahasiswa lainnya dengan berbagi macam kegiatan yang sekiranya bermanfaat”, katanya.

Ia pun membagikan semangat kepada kita soal alasannya mengikuti dan menjalani ragam aktivitas hingga kini. Alasannya satu kata dia, “saya mau menjadi orang paling antimaistream didunia, ketika banyak orang diluar sana yang apatis,  ketika diluar sana banyak yang berbuat keburukan dan kejahatan,  saya mau jadi orang yang antimainstrean dengan menjadi orang baik”.

Semangat yang patut kita tiru, untuk tidak berhenti pada urusan pribadi, namun juga menjadi lentera yang ikut menerangi sekitar karena disitulah nilai seorang manusia akan meningkat.

Semoga istiqomah, Aljabir!

Hana Mendapat Juara 1 dalam Ajang SIMPIC di Thailand

Alhamdulillahirabbil’alaamiin.

Hana Fauzyyah Hanifin, peserta Rumah Kepemimpinan Regional 3 Yogyakarta Putri, bersama timnya dari Pendidikan Dokter FKKMK UGM mendapat Juara 1 dalam ajang Siriaj International Michrobiology, Parasitology, and Immunology Competition (SIMPIC) 2018 di Bangkok, Thailand.

SIMPIC merupakan kompetisi tahunan yang digelar Fakutas Kedokteran Mahidol University untuk mahasiswa. Lomba diikuti oleh 61 tim dari berbagai negara di dunia. Pada lomba ini seluruh tim berkompetisi untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam bidang mikrobiologi, parasitologi, dan imunologi. Mereka harus melalui empat tahapan seleksi, yaitu penyisihan dengan mengerjakan soal individu, perempat final, semifinal, dan final.

Setelah melalui serangkaian babak penyisihan, Hana beserta tim UGM 1 akhirnya berhasil melaju ke babak final dan meraih team award. Tim UGM 1 dengan skor akhir 68.40 berhasil menaklukkan DeLa Salle Health Sciences Institute-Filipina dengan skor 38.40, Universitas Indonesia dengan skor 32.64 dan tim tuan rumah Faculty of Medicine, Siriraj Hospital, Mahidol University dengan skor 28.16.

Hana mendapat hikmah dari kompetisi ini bahwa segala sesuatu perlu persiapan yang baik dan tentu saja tetap berdo’a kepada Allah agar senantiasa diberi kemampuan dan kemudahan dalam menjawab soal-soal.

Selamat Hana atas prestasinya, semoga ilmunya bermanfaat.